Jumat, 14 Januari 2011

Puncak isyarat tanpa Makna

Jenuh hariku..
Ketika Malam tanpa gemintang
redup langit merintih terkapang
teriak dalam sesak..
tak satupun yang mendengar..
gelegar mencuak dalam sandi yang terbongkar
membuncah lucuti panca indra dari ingkar..
jenuh tetap saja jenuh..
jenuh tak dikata..
biar kutempuh segala rasa
menuailah sepenggal asa..
namun waktuku hampir tiba
saat patah pundi-pundi selera
menangkap aksara tanpa kutahu makna..
lalu..
“ketika kutanya Pena”
“adakah setitik warna? Biar aku mampu mengunduh bahagia”
Ia bilang aku Gila..
“untuk apa engkau bertanya?” jawabnya..
Tintaku habis oleh ambisimu..
Dan aku tertawa.. bila kau Pujangga meminta padaku “Kata”..
Jawab Sang pena, sambil tertawa..
“ini bukan ambisi..” sedikit menyela aku merayunya..
Akupun bukan Pujangga.. kau tahu itu.. Pena..
Ku genggam lagi tubuh pena, walau anganku penuh tanya..
Berbaring ku akrabi kenanganku bersamanya..
Kosong..
Ku biarkan kosong malam jenuh tanpa kalimat bernyawa..
Berharap malam cepat berlalu
Kuhabiskan sia-sia tanpa bercinta dengan Pena
Jenuhku..
Saat Pena mengasingkan anganku..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar